Jumat, 07 Agustus 2009

Tlah Lalu

Bulan tlah lalu

Tapi tetap sinarkan manfaatnya di bumi

Ombak tlah hilang

Tapi tetap riakkan keceriaannya di pesisir hidup

Angina tlah berhembus

Tapi tetap semilirkan ilmunya di sela-sela daun amal

21 tahun tlah lalu

Tapi berkahkan usia dengan hikmah

Barakallahi laki fimilladiki

Sinar Semangat Nan Redup

Kulihat secuil jasad

Menyanyi di bawah bulan tiga warna

Di punggung zebra jalan

Tersenyum dengan gemericik tamborin giginya

Lantunkan melodi kepedihan

Pukul gendang simpati SBY

Perjuangkan secerca sinar semangat

Yang kemarin tersembunyiu di balik dinding

Tak mampu menembus ketebalan dinding ekonomi

SBY

Afalaa ta’qiluun...

Di pinggiran ular besi berbatu

Terbaris pulau-pulau kumuh kian menangis

Tercampak pula sebuah sinar semangat

Dari kereta ekonomi nan lalu lalang

Kumpulkan sampah tuk makan

Harap putusan nan kosong

Tunggu tikus-tikus berdasi bicara

SBY

Afalaa ta’qiluun...

Di pesisir pantai lapindo

Kupu-kupu ma;lam menghias bunga desa

Mencari madu pengganti empedu hidup

Empedu dengan komposisi kenaikan derajat BBM,

Kemacetan lalu lintas BLT,

Ketumpatan jembatan kerja

Leburkan gunung es semangat pula

SBY

Afalaa ta’qiluun...

Jendela Senyum

Jendela senyum terbuka

Udara duka pagi masuk

Tak hujan sambut gagal

Biarkan gagal singgah tuk sesaat

Jamu ia dengan seteguk ilmu dan hikmah

Hidangkan ikhtiardan do’a walau sesendok

Ridhoi pamitnya tuk usaha

Jendela senyum terbuka

Ketika badai kian menghantam

Buah hati harus pergi

Iman datang sepenuh kasih

Sembunyi Dalam Terang

Menunggu kudilihat bulan

Disapa dan diajak temaninya menerang

Mengukir senyum di ujung harapan

Walau tuk hanya jadi pagar kuriang

Bahagia kukhayal

Ikhlas sabar tawadhu pengertian dan kasih sayanglah modal

Dari bumi…menangis ia kulihat pancarkan sinar nan kental

Samar

Ingin kuusap gerimis hatinya

Tapi bolehkah?

Ia begiu kuat menyembunyi dalam terang